Secukupnya Sementara
Tentang matahari yang hendak pergi barangkali namanya senja. Tentang meninggalkan terang menuju gelap namun ia selalu berjanji akan muncul setiap hari. Entah cerah atau mendung yang jelas ia tidak pernah ingkar janji. Suatu hari jika Aku bertemu Dia siapapun namanya tempat ini akan kutulis pada sebuah buku yang semoga sama seperti senja namun tidak untuk sementara melainkan selamanya bersama di ujung kisah abadi yang ditulis semesta dengan sangat indah.
Tentang akar pada sebuah pohon pinus dipinggir tebing tempat segerombol burung berkeliaran dengan sayap yang dikepakkan begitu lebar dan bebas. Ada satu suara terdengar tidak asing di seruan burung-burung itu seperti hembusan kabar dari seseorang yang tidak jauh dari sebrang kota itu. Sangat jelas raut wajahnya masih bermunculan di kepalaku, senyum dan caranya menatapku kala itu tidak bisa hilang dengan mudah. Siapa Dia dan dimana Dia sekarang. Apa Dia sedang berdua atau sendiri. Menunggu memang hal yang sering dibenci kebanyakan manusia tapi, tidak buatku: sudah kebiasaan. Walau terkadang ada perasaan yang teramat melelahkan untuk terus dijalani namun siapa sangka entah di penjuru mana yang dinanti datang tanpa perlu menanti.
Dan untuk mengambil jeda waktu yang masih luang ini, memantaskan diri adalah cara terbaik yang memang layak di lakukan. Mulai dari mencintai dan menerima diri sendiri. Satu dari banyak hal yang jadi tujuan hidup yang akan berakhir pun tidak tahu kapan.
Comments