Monolog
Beberapa orang mungkin tidak asing dengan suara burung gagak yang dipercaya sebagai pembawa kabar buruk. Kematian masih jadi hal paling sering ku dengar dan temui setiap hari, entah yang dikenal atau asing. Pada akhirnya hunian lain yang benar-benar kekal akan menjadi tempat entah tidak atau nyaman. Katanya dunia adalah tempat hukuman dan pelajaran untuk semua yang hidup untuk kembali mati-hidup di dunia lain. Ada suatu ketakuan yang terbentuk begitu saja, namun bukan ketakuan untuk memasuki dunia itu melainkan sebuah akal untuk mengingat dan mengenal orang-orang yang amat berharga dalam perjalanan di dunia selama ini. Pertanyaan yang selalu disimpan untuk meminta jawabannya pada yang Maha Kuasa, baik teringat atau justru akan terlupakan nanti. Kepala yang selalu ramai di malam hari tidak bisa dihentikan begitu saja, semakin dipaksa justru semakin berisik sampai mau meledak. Monolog malam ini masih dengan tema yang sama, berdamai dan mencintai diri sendiri, melupakan segala bentuk kerasnya yang mengganjal di kepala sampai tidak bisa dikeluarkan dengan suara. Kata-kata mungkin bisa menjadi nyata jika didasari dengan keyakinan, namun bukan berarti segala bentuk kata buruk itu perlu diucapkan akan lebih baik jika dibuang. Katakan sesuatu yang baik jika tidak diam, katanya. I wish I could make a book for myself and others before going far ,cukup sederhana tapi sulit untuk mencapainya. In the end tulisan di blog ini menjadi bagian dari satu banyak ingin yang perlu di renung setiap malam. Burung hantu mungkin cocok menjadi sapaan, because dia sangat aktif di malam hari dengan tenang walau suara yang dikeluarkan cukup mengerikan untuk didengar. Masih ingin menulis banyak hal namun saat ini sulit untuk merangkai semua kata -kata yang menumpuk di kepala dan hati mungkin belum begitu malam serta saat ini Aku hanya ingin tidur. Sampai jumpa di monolog yang mungkin akan jarang Aku tulis. Cerita sebelumnya masih menggantung jadi akan kuselesaian sampai akhir dulu dan bermonolog setelahnya.
Comments